Tepatnyadidaerah Ampel (Surabaya). Beliau mendirikan sebuah pondok pesantren pada abad ke-15 yang kemudian menjadi pusat pendidikan di pulau jawa. Diantara banyaknya santri-santri beliau salah satunya adalah Sunan Giri. Sunan Ampel memiliki teknik penyebaran agama Islam yang terkenal, yaitu penggunaan kosa kata yang berbeda dari yang lain.
Takseperti Sunan Giri yang lugas dalam fikih, ajaran Sunan Bonang memadukan ajaran ahlussunnah bergaya tasawuf dan garis salaf ortodoks. Dengan nada bijak, Sunan Bonang berkata "Biarlah satu biji yang ini di tanam saja, agar tumbuh anak cucu pohon pisang penghasil biji di sini dan akan banyak manfaatnya". MUTiARA_KATA LIHATLAH dgn
Katabijaksana sunan kalijaga ~ sunan kalijaga alias sunan kalijogo merupakan seorang tokoh wali songo yang sangat lekat dengan umat muslim nusantara terutama di pulau jawa, karena performanya memasukkan pengaruh islam ke dalam tradisi jawa. Selasa, 19 mei 2020 08:00 reporter : TADABBUR ALFATIHAH Desa Sukanagara News Setiap wali dipanggil dengan sebutan sunan, yang berasal
KataBijak Sunan Kalijaga ~ Sunan Kalijaga atau Sunan Kalijogo adalah seorang tokoh Wali Songo yang sangat lekat dengan umat Muslim Nusantara khususnya di Pulau Jawa, karena kemampuannya memasukkan pengaruh Islam ke dalam tradisi Jawa. Makam beliau berada di Kadilangu, Demak. Riwayat Singkat Sunan Kalijaga Masa hidup Sunan Kalijaga diperkirakan mencapai lebih dari 100 tahun.
ReadKelas 04 sd pendidikan agama islam dan budi pekerti siswa by GALLERY AZZAM on Issuu and browse thousands of other publications on our platform
SunanAmpel Wafat di Surabaya, tahun 1425 M. Makamnya terletak di daerah Ampel Denta, Kota Surabaya, Jawa Timur, Indonesia. Alhamdulillah semoga para pembaca dapat memahami sejarah, latar belakang, dan metode dakwah Sunan Ampel. Sebagai seorang Wali Allah, dakwa Beliau melengkapi strategi dakwah Wali Songo secara umum.
. – Sunan Giri bergelar Sultan Abd Al-Faqih karena pengetahuannya yang luas dalam ilmu fikih. Orang-orang pun menyebutnya sebagai Sultan Abd Al-Faqih. Nama aslinya Muhammad Ain Al-Yaqin dan termasuk keturunan Imam Al-Muhajir. Dia sempat belajar kepada Sunan Ampel. Ia memiliki nama kecil Raden Paku, alias Muhammad Ain Al-Yaqin. Sunan Giri lahir di Blambangan kini Banyuwangi pada tahun 1442 M. ada juga yang menyebutnya Jaka Samudra. Sebuah nama yang dikaitkan dengan masa kecilnya yang pernah dibuang oleh keluarga ibunya, seorang putri raja Blambangan bernama Dewi Sekardadu ke laut. Raden Paku kemudian dipungut anak oleh Nyai Semboja Babad Tanah Jawi versi Meinsma. Ayahnya adalah Maulana Ishak saudara sekandung Maulana Malik Ibrahim. Maulana Ishak berhasil meng-Islamkan isterinya, tapi gagal mengislamkan sang mertua. Oleh karena itulah ia meninggalkan keluarga isterinya berkelana hingga ke Samudra Pasai. Sunan Giri kecil menuntut ilmu di pesantren misannya, Sunan Ampel, tempat dimana Raden Patah juga belajar. Ia sempat berkelana ke Malaka dan Pasai. Setelah merasa cukup ilmu, ia membuka pesantren di daerah perbukitan Desa Sidomukti, Selatan Gresik. Dalam Bahasa Jawa, bukit adalah “giri”. Maka ia dijuluki Sunan Giri. Giri Kedaton Tumbuh Menjadi Pusat politikPerjalanan Hidup Sunan GiriMasa KecilSunan Giri Berkelana ke Malaka dan PasaiStrategi Dakwah Giri Kedaton Tumbuh Menjadi Pusat politik Pesantrennya tak hanya dipergunakan sebagai tempat pendidikan dalam arti sempit, namun juga sebagai pusat pengembangan masyarakat. Raja Majapahit -konon karena khawatir Sunan Giri mencetuskan pemberontakan- memberi keleluasaan padanya untuk mengatur pemerintahan. Maka pesantren itupun berkembang menjadi salah satu pusat kekuasaan yang disebut Giri Kedaton. Sebagai pemimpin pemerintahan, Sunan Giri juga disebut sebagai Prabu Satmata. Giri Kedaton tumbuh menjadi pusat politik yang penting di Jawa, waktu itu. Ketika Raden Patah melepaskan diri dari Majapahit, Sunan Giri malah bertindak sebagai penasihat dan panglima militer Kesultanan Demak. Hal tersebut tercatat dalam Babad Demak. Selanjutnya, Demak tak lepas dari pengaruh Sunan Giri. Ia diakui juga sebagai mufti, pemimpin tertinggi keagamaan, se-Tanah Jawa. Para santri pesantren Giri juga dikenal sebagai penyebar Islam yang gigih ke berbagai pulau, seperti Bawean, Kangean, Madura, Haruku, Ternate, hingga Nusa Tenggara. Penyebar Islam ke Sulawesi Selatan, Datuk Ribandang dan dua sahabatnya, adalah murid Sunan Giri yang berasal dari Minangkabau. Ia juga pencipta karya seni yang luar biasa. Permainan anak seperti Jelungan, Jamuran, lir-ilir dan cublak suweng disebut sebagai kreasi Sunan Giri. Demikian pula Gending Asmaradana dan Pucung yang bernuansa Jawa namun syarat dengan ajaran Islam. Perjalanan Hidup Sunan Giri Berbicara tentang Sunan Giri banyak diliputi legenda. Di satu sisi memang menyulitkan, tetapi di sisi lain sebagai bukti bahwa beliau memang dihormati dan dipandang dengan khidmat oleh khalayak ramai, bahkan cenderung berlebihan. Namun demikian, dari legenda tersebut dapat diperoleh petunjuk tentang alur sejarahnya. Nama asli Sunan Giri adalah Raden Paku. Nama ini diberikan oleh Raden Rahmat Sunan Ampel sesuai dengan pesan ayahnya sendiri sebelum meninggalkan Jawa Timur. Selain itu, beliau memiliki panggilan lain, yaitu Ainul Yaqin, Abdul Faqih, Prabu Satmata, dan Joko Samudera. Nama ini merupakan pemberian ibu angkatnya, ketika beliau masih kecil. Sedangkan sebutan Prabu Satmata adalah suatu gelar kebesaran sebagai anugerah Tuhan ketika beliau menjabat sebagai raja di daerah Giri, Gresik, Jawa Timur. Masa Kecil Raden Paku lahir di Blambangan sekarang Banyuwangi, 1442 M. Ada juga yang menyebutnya Jaka Samudera, sebuah nama yang dikaitkan dengan masa kecilnya yang pernah dibuang oleh keluarga ibunya, seorang putri raja Blambangan bernama Dewi Sekardadu ke laut. Menurut babad tanah Jawi versi Meinsma, Raden Paku kemudian dipungut oleh Nyai Semboja. Ayah beliau bernama Maulana Ishak, saudara kandung Sunan Maulana Malik Ibrahim. Maulana Ishak berhasil mengislamkan isterinya, tapi gagal mengislamkan sang mertua. Oleh sebab itu, beliau meninggalkan keluarga isterinya dan berkelana hingga ke Samudera Pasai. Raden Paku kecil menuntut ilmu di pesantren misannya, Sunan Ampel, tempat di mana Raden Patah juga belajar. Selama berguru di Ampeldenta Joko Samudro berteman akrab dengan Makdum Ibrahim tak lain adalah putra dari Sunan Ampel yang nantinya bergelar Sunan Bonang. Joko Samudro saat di Ampeldenta diberi nama oleh Sunan Ampel atas permintaan dari Maulana Ishak yakni Raden Paku. Sunan Ampel sendiri memberi julukan kepada Joko Samudra dengan nama M. Ainul Yaqin karena kejujuran serta ketaatannya dengan sang Guru yakni Sunan Ampel sendiri. Dikisahkan dalam Babad Tanah Jawi, Raden Paku dan Raden Makdum Ibrahim akan pergi ke Mekkah untuk naik haji sekaligus menuntut ilmu. Setelah sampai di Malaka dan singgah disana mereka bertemu dengan Maulana Ishak yang merupakan ayah kandung Raden Paku. Mereka kemudian diberi ilmu keislaman termasuk ilmu tasawuf. Menurut cacatan pada silsilah Bupati Gresik pertama yakni Kyai Tumenggung Poesponegoro, bahwa disana disebutkan Maulana Ishak dan Raden Paku adalah guru Tarekat Sayathariyah. Maka bisa dikatakan aliran tasawuf dari Sunan Giri adalah aliran Tasawuf Tarekat Sayathariyah. Sunan Giri Berkelana ke Malaka dan Pasai Ia sempat berkelana ke Malaka dan Pasai. Setelah merasa cukup ilmu, beliau membuka pesantren di daerah perbukitan Desa Sidomukti, selatan Gresik, Jawa Timur. Dalam bahasa Jawa, bukit adalah “giri”. Oleh sebab itu, beliau dijuluki Sunan Giri. Pesantrennya tidak hanya dipergunakan sebagai tempat pendidikan dalam arti sempit, tapi juga sebagai pusat pengembangan masyarakat. Kono, raja Majapahit, karena khawatir Sunan Giri mencetuskan pemberontakan, memberi keleluluasaan padanya untuk mengatur pemerintahan. Maka pesantrennya pun ikut berkembang menjadi salah satu pusat kekuasaan yang disebut Giri Kedaton. Dalam perkembangannya, Giri Kedaton tumbuh menjadi pusat politik terpenting di Jawa waktu itu. Ketika Raden Patah melepaskan diri dari Majapahit, Raden Paku malah bertindak sebagai penasehat dan panglima militer Kesultanan Demak. Hal tersebut tercatat dalam Babad Demak. Selanjutnya, Demak tak lepas dari pengaruh Sunan Giri. Ia diakui juga sebagai mufti pemimpin tertinggi keagamaan di tanah Jawa. Giri Kedaton bertahan hingga 200 tahun. Salah seorang penerusnya, Pangeran Singosari, dikenal sebagai tokoh paling gigih menentang kolusi VOC dan Amangkurat II pada abad 18. Sementara para santri pesantren tersebut juga dikenal sebagai penyebar Islam yang gigih ke berbagai pulau di Nusantara, seperti Bawean, Kangean, Madura, Haruku, Ternate, hingga Nusa Tenggara. Penyebar Islam ke Sulawesi Selatan, Datuk Ribandang dan dua sahabatnya, adalah murid Sunan Giri yang berasal dari Minangkabau. Strategi Dakwah Baca Juga Sunan Kalijaga, Biografi Singkat Dakwah Sunan Giri banyak melalui berbagai macam metode, mulai dari pendidikan, budaya, serta politik. Dalam bidang pendidikan, Sunan Giri tidak hanya didatangi oleh para santrinya dari berbagai daerah, melainkan juga Sunan Giri tidak segan-segan untuk mendatangi masyarakat dan menyampaikan ajaran Islam dengan empat mata. Setelah keadaan memungkinkan, masyarakat dikumpulkan dengan acara-acara selametan, upacara, dan lainnya, yang kemudian ajaran agama Islam disisipkan lambat laun masyarakat mulai melunak dan mengikuti ajaran Islam. Dalam bidang budaya, Sunan Giri mengembangkan dakwah Islam juga dengan mamanfaatkan seni pertunjukan yang menarik minat masyarakat. Ia juga dikenal pencipta tembang Asmaradhana dan Pucung, kemudian Padang Bulan, Jor, Gula Ganti, dan permainan anak-anak Cublak-cublak Suweng. Beliau wafat pada tahun 1506 M dan dimakamkan di atas bukit di daerah Dusun Giri Gajah, Desa Giri, Kecamatan Kebomas, Gresik, Jawa Timur.
Pernah mendengar tentang Sunan Giri ? Sunan Giri merupakan salah satu wali songo yang menyebarkan islam di tanah Nusantara dengan cara-cara damai, santun, toleran dan dapat menyesuaikan diri dengan adat-adat lokal penduduk Nusantara sehingga ajaran Islam diterima baik oleh masyarakat. Masih bingung, tentang cerita Sunan Giri. Simak penjelasan berikut ini tentang Biografi Sunan Giri, Peran Sunan Giri dalam Mengembangkan Islam di Indonesia dan Sikap Positif dalam Pribadi Sunan Giri. Sunan Giri, nama aslinya Raden Paku, lahir 1442 M, ayahnya bernama Syaikh Maulana Ishak putra Syaikh Jumadil Kubro. Silsilahnya tersambung dengan Rasulullah Saw melalui jalur Husein putra Sayidah Fatimah ra. Sedangkan ibunya, Dewi Sekardadu anak Raja Blambangan, Bhre Wirahbumi putra Maharaja Hayam Wuruk, penguasa Majapahit 1350-1389 M . Masa kecilnya diasuh oleh seorang saudagar kaya raya di Gresik, Nyi Ageng Pinatih. Pengasuhan Nyi Ageng Pinatih berawal dari seorang awak kapal yang menemukan peti tersangkut di kapal milik Nyi Ageng Pinatih yang sedang berlayar ke Bali. Bayi tersebut diserahkan kepada pemilik kapal, Nyi Ageng Pinatih. Kemudian bayi mungil diberikan nama Jaka Samudra dan dijadikan anak angkat. Sewaktu Jaka Samudra masih dalam kandungan ibunya, Syaikh Maulana Ishak diusir oleh mertuanya, Bhre Wirahbumi lantaran ia tidak mau menerima ajakan Syekh Maulana Ishak untuk masuk agama Islam. Setelah Syekh Maulana Ishak pulang ke Pasai, Aceh, Dewi Sekardadu mengalami sakit hingga wafat setelah melahirkan putranya. Selang beberapa hari, terjadilah wabah penyakit di Gresik, Bhre Wirahbumi memerintahkan agar sang bayi cucunya sendiri di buang ke laut karena dianggap mendatangkan bencana dan akhirnya ditemukan oleh Nyi Ageng Pinatih. Ketika berusia 7 tahun, Jaka Samudra dititipkan ke Pesantren Ampel Denta. Nama Jaka Samudra diganti menjadi Raden Paku oleh Sunan Ampel. Ia belajar berbagai disiplin ilmu agama, al-Qur’an, Hadits, Fikih dan Tasawuf dengan pemahaman ahlussunnah wal jamaah di bawah asuhan Sunan Ampel. Karena kecerdasannya menyerap ilmu yang disampaikan Raden Paku diberikan gelar Maulana Ainul Yaqin. Setelah beberapa tahun mengenyam pendidikan di Pesantren, Raden Paku berangkat ke Tanah Suci bersama Raden Mahdum Ibrahim putra Sunan Ampel. Saat melewati Aceh, mereka berdua menemui Syaikh Maulana Ishak, kemudian disarankan untuk memperdalam ilmu agama terlebih dahulu. Setelah beberapa tahun belajar mereka berdua disarankan kembali ke Jawa untuk mengabdi ke masyarakat. Kepulangannya ke Gresik bersama dua orang abdi, Syaikh Koja dan Syaik Grigis, sambil membawa pesan Syaikh Maulana Ishak agar kelak Raden Paku mencari lokasi yang jenis tanahnya sama dengan tanah yang diberikan sang Ayah. Ia menikah dengan Mas Murtosiyah, putri Sunan Ampel, sehingga hubungannya dengan sang guru tidak sebatas santri dan kiai, melainkan hubungan mantu-mertua. Sebelum membangun pesantren, Sunan Giri melakukan usaha-usaha dagang milik ibu angkatnya Nyi geng Pinatih. Ekspedisi perdagangan ia lakukan tidak hanya di wilayah Jawa, melainkan ke daerah-daerah lain, seperti Makasar. Ia melansungkan dakwah Islam sambil berdagang sampai akhirnya memutuskan untuk mendirikan pesantren. Pendirian pesantren Giri Kedhaton bermula dari munajatnya selama 40 hari hingga teringat pesan ayahnya ketika bertemu di Pasai, Aceh. Akhirnya menemukan jenis tanah yang sama di sebuah perbukitan pada tahun 1480 M. yang diberikan nama Giri, dalam bahasa Sangsekerta berarti gunung. Seiring perkembangan Islam, Giri Kedathon tumbuh sebagai kota, dan pusat pemerintahan sekaligus pusat penyebaran Islam. Makam Sunan Giri terletak di sebuah bukit di Dusun Kedhaton, Desa Giri Gajah, Kabupaten Gresik. Di pintu gapura tertulis tahun 1505 M, tahun pembangunan gapura makam. Perjuangan Sunan Giri dalam dakwahnya dilanjutkan oleh Pangeran Zainal Abidin atau Sunan Dalem, bergelar Sunan Giri II, dan puncak kejayaan Giri saat Sunan Prapen, cucu Sunan Giri naik tahta dakwah Islam dilanjutkan ke berbagai daerah Kutai, Goa, Sumbawa, Bima, Lombok, bahkan ke Maluku. Sunan Prapen, cucu Sunan Giri, melanjutkan perjuangan kakeknya menyebarkan Islam ke wilayah Lombok abad ke-16. Dalam Babad Lombok disebutkan bahwa Sunan Prapen putra Sunan Ratu Giri ketika datang ke Lombok dalam rangka penyebaran agama Islam pertama kali mendarat di Salut lalu melanjutkan perjalanan ke Labuan Lombok. Sunan Giri wafat pada awal abad XVI, dimakamkan di sebuah bukit di Dusun Kedhaton, Desa Giri Gajah, Kecamatan Kebomas, Kabupaten Gresik. Peran Sunan Giri dalam Mengembangkan Islam di Indonesia Dalam melakukan dakwah Islam di daerah Jawa, Sunan Giri punya peran penting dalam pengembangan syiar Islam, yaitu Berperan Sebagai Pemimpin Agama dan Penguasa Wilayah Giri Keberadaan Bangsal Sri Manganti, Puri Kedhaton di Situs Giri Kedhaton, menjadi bukti sejarah bahwa Raden Paku bukan hanya ulama penyebar Islam, melainkan juga penguasa politik di wilayahnya. Gelar Prabu Satmata atau Sunan Giri, juga disematkan ke Raden Paku. Dalam bahasa Jawa Kuno Sunan Giri berarti Raja Giri. Usaha dakwah yang dilakukan lebih meluas dan leluasa karena memegang kedudukan sebuah pemimpin. Sebagai bagian dari Dewan wali Songo, Sunan Giri bertugas membuat tatanan pemerintahan di Jawa, mengatur kalender perhitungan siklus perubahan hari, bulan, tahun, windu, menyesuaikan siklus pawukon serta merintis pembukaan jalan. Mengambil Alih Fungsi Dukuh Menjadi Pesantren Salah satu proses Islamisasi melalui pendidikan yang diperankan Sunan Giri adalah usaha mengambil alih lembaga pendidikan Syiwa Budha yang disebut mandala, asrama, atau dukuh menjadi pesantren. Pada masa Majapahit dukuh dijadikan sebagai tempat pertapaan untuk mendidik calon pendeta, lalu oleh para Wali Songo dukuh diformat menjadi “pesantren” dan peserta didik yang belajar disebut santri. Kata santri berasal dari kata sashtri yang berarti orang suci yang mempelajari kitab suci. Dalam perjalanannya, Pesantren mengajarkan berbagai macam pengetahuan, agama, kebudayaan, seni, ekonomi, politik, dan sebagainya. Kemasyhuran dan pengembaraan Raden Paku, saat muda dalam menjalankan usaha dagang milik Nyi Ageng sambil menyebarkan Islam ke berbagai daerah menjadikan Sunan Giri dikenal luas hingga santrinya tidak hanya berdatangan dari pulau Jawa, bahkan dari Makasar, Lombok, Sumbawa, Flores, Ternate, Tidore, dan Hitu. Persebaran santri dari berbagai penjuru daerah menunjukkan kemajuan dan perkembangan pesantren diminati masyarakat masa itu. Mengembangkan sistem pendidikan terbuka bagi masyarakat umum Dalam dakwahnya, Sunan Giri tidak hanya mengembangkan sistem pesantren yang diikuti santri-santrinya di berbagai daerah, melainkan mengembangkan pendidikan masyarakat secara terbuka dengan menciptakan berbagai jenis permainan anak, yaitu Jelungan, Jamuran, Gendi-gerit, dan tembang permainan anak, yaitu Padhang Wulan, Jor, Gula-Ganti, Cublak-Cublek Suweng. Kedatangannya di tengah masyarakat dengan cara-cara unik memanfatkan seni lokal menarik sempati dari berbagai tingkat usia menjadikan Islam semakin meluas. Memanfaatkan Seni Pertunjukan sebagai Media Dakwah Pada masa Majapahit, pertunjukan di masyarakat berhubungan dengan ritual-ritual keagamaan Hindu Budha yang berkaitan dengan tempat-tempat sakral, pilihan hari dan waktu, pemain terpilih, sesaji, dan busana khusus. Seni wayang diperkirakan sudah ada di Nusanatara sejak tahun 930 M. Asli kebudayaan Jawa. Pertunjukan wayang merupakan pertunjukan ritual yang berasal dari cerita Ramayana dan Mahabrata. Pegelarannya dikaitkan dengan upacara spritual agar terhindar bencana-bencana bersifat gaib. Karena itu dalang diposisikan sebagai orang suci atau pendeta. Melihat potensi dakwah dalam pertunjukan ini, Sunan Giri dan wali songo lainnya melakukan ambil alih seni pertunjukan dan mengembangkannya, dengan menyesuaikan dan menyelaraskan isi cerita dengan ajaran tauhid dalam Islam. Seperti menggelar pertunjukan wayang krucil dengan pedoman cerita Menak, yang mengisahkan kepahlawanan Hamzah, paman Nabi Muhammad Saw. Pegelarannya pun disertai tata cara dan sopan santun yang baik jauh dari maksiat. Sikap Positif dalam Pribadi Sunan Giri Dalam usaha menyebarkan dan mengembangkan dakwah Islam di Indonesia, Sunan Giri patut menjadi teladan dalam sikap positif yang ditunjukkan, yaitu Santri cerdas, tekun, dan ulet dalam menuntut ilmu Sejak anak-anak hingga tumbuh dewasa Raden Paku mengenyam pendidikan pesantren di Ampel Denta dan berguru kepada Syaikh Maulana Ishak, ayahnya saat singgah di Malaka, Aceh. Kecerdasannya diakui Sunan Ampel sehingga diberikan gelar Raden Ainul Yaqin. Toleran dan bijak dalam berdakwah Dalam melaksanakan dakwahnya, Sunan Giri terkadang mendatangi masyarakat ke rumahnya dan berbicara empat mata untuk menyampaikan ajaran Islam, kemudian mengumpulkan mereka dalam acara-acara yang menjadi tradisi masyarakat seperti selamatan, lalu Sunan Giri memasukkan ajaran Islam sehingga lambat laun ajaran Islam diterima dengan baik tanpa paksaan. Pemimpin yang mengayomi rakyat Dalam batu nisan Sunan Giri tertulis empat pedoman hidup yang dijalani sebagai pemimpin Berilah makan pada mereka yang lapar. Berilah pakian pada mereka yang tidak menutup aurat. Berilah payung pada mereka yang kehujanan, dan d Berilah tongkat pada mereka yang buta. Perinsip hidup diterapkan ketika menjadi pemimpin agama sekaligus pemimpin wilayah Giri. Ia sosok yang mampu mendamaikan dunia keilmuan, politik dan spritual guna membangun peradaban dunia. Seniman kreatif Kemampuan Sunan Giri menuangkan ide-ide kreatif dalam menyebarkan Islam melalui pendidikan dan seni budaya, telah menjadikannya seniman yang memanfaatkan seni untuk agama, kreasinya membuat permainan anak, membuat tembang yang berisi pesan-pesan moral, dan menambahkan lakon-lakon dalam seni wayang yang mengandung nafas keislaman. patut menjadi teladan yang patut dicontoh. Perinsip dakwah yang disampaikan para Wali Songo seiring dengan ajaran agama yang menjunjung nilai-nilai akhlak mulia sebagaimana yang dicontohkan Nabi Muhammad Saw. Sumber Buku Guru & Buku Siswa SKI Kelas VI MI
kata bijak sunan giri